Majalah SKETSA

InHabitable Habitable

Richard Tantheo – 315210075 

Edmund Samuel – 315210077 

Nathan Huvito – 315210080

Pencemaran Lingkungan dan Solusi Permukiman Berkelanjutan di Indragiri Hulu, Riau

Pencemaran lingkungan dapat menyebabkan kerusakan ekosistem sehingga lingkungan tidak lagi dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Dampaknya dirasakan langsung oleh manusia yang tinggal di wilayah tersebut—mulai dari masalah kesehatan, menurunnya kualitas hidup, hingga hilangnya mata pencaharian. Salah satu contoh nyata terjadi di sebuah perkampungan di Indragiri Hulu, Riau.

Kampung tersebut mengalami pencemaran akibat bekas aktivitas pertambangan. Air yang dahulu bersih dan dapat digunakan secara gratis oleh warga kini sudah tidak layak pakai. Kondisi ini berdampak langsung pada sektor pertanian. Warga yang sebelumnya menggantungkan hidup dari bertani kini tidak dapat lagi mengolah lahan karena air tercemar, sehingga mereka kesulitan memenuhi kebutuhan pangan harian. Akibatnya, banyak warga yang akhirnya memilih meninggalkan kampung karena sulit untuk bertahan hidup dalam lingkungan yang tercemar.

Melihat permasalahan ini, perancang ingin mengembalikan fungsi hunian bagi warga Indragiri Hulu agar mereka dapat kembali ke kampung halamannya. Namun, pendekatan yang diambil bukanlah dengan membuka lahan baru atau merenovasi rumah-rumah lama yang sudah tidak layak huni. Sebagai gantinya, dirancanglah sebuah solusi berupa vertical housing yang dibangun di atas lahan tak terpakai. Pendekatan ini dinilai lebih efektif karena tidak memerlukan pembukaan lahan baru, serta mampu mengoptimalkan ruang yang tersedia.

Konsep utama Regenerative House adalah menciptakan hunian vertikal mandiri dengan teknologi terintegrasi yang mendukung kehidupan berkelanjutan. Setiap tower dilengkapi tangki air untuk menyimpan hasil panen rainwater harvester dan fog catcher, solar battery untuk energi listrik, serta modular house bagi 2-3 orang per unit. Terdapat ruang publik pada setiap tiga lantai berupa taman komunitas, dan di dasar tower terdapat fasilitas hidroponik untuk ketahanan pangan. Semua menara dihubungkan dengan jembatan sirkulasi yang aman dan nyaman. Konsep ini memungkinkan regenerasi ekologis lahan tambang sekaligus menjadi prototipe kota mandiri masa depan.

Vertical housing dipilih sebagai solusi utama karena mampu menjawab berbagai tantangan sekaligus, mulai dari keterbatasan lahan, pengelolaan sampah, hingga distribusi air bersih. Berdasarkan hasil riset, jumlah kepala keluarga di kampung tersebut mencapai sekitar 918 KK. Dengan data tersebut, vertical housing menjadi alternatif hunian yang efisien dan berkelanjutan untuk mengakomodasi kebutuhan warga tanpa merusak lingkungan lebih jauh.

Keunikan Regenerative House terletak pada sistemnya yang bukan hanya netral karbon, tetapi juga memulihkan lingkungan. Hunian modular bersifat fleksibel dan dapat menyesuaikan kebutuhan populasi. Sistem fog catcher dan rainwater harvester menghasilkan air bersih tanpa membebani sumber air tanah. Panel surya menyuplai energi mandiri tanpa polusi. Selain itu, proyek ini menyediakan taman komunitas di ketinggian sebagai ruang interaksi sosial. Fasilitas hidroponik di lantai dasar memungkinkan penghuni menanam sayuran secara mandiri. Desain strukturnya yang futuristik dengan material ringan menegaskan visinya sebagai arsitektur regeneratif untuk era mendatang.

Shopping Cart
Scroll to Top