Majalah SKETSA

MUSEUM OF PROSTITUTION 21 +

Richard Tantheo – 315210075

Re's Story: Women, Survival, and the Harsh Reality of Prostitution

Prostitusi merupakan fenomena sosial yang telah lama hadir di berbagai lapisan masyarakat, namun hingga kini masih sering dipandang sebelah mata dan dianggap sebagai sesuatu yang tabu. Stigma negatif terhadap pekerja seks komersial (PSK) membuat persoalan ini kerap diabaikan, tanpa pemahaman yang mendalam mengenai latar belakang, tekanan sosial, serta realitas hidup yang melatarbelakangi pilihan tersebut.

Padahal, di balik profesi yang kerap dikaitkan dengan label moral dan hukum, terdapat kisah-kisah nyata tentang perjuangan hidup, keterpaksaan, serta dinamika sosial yang kompleks. Salah satu kisah tersebut adalah kehidupan seorang perempuan bernama “Re”, yang dituangkan dalam buku Re dan Perempuan karya Maman Suherman. Buku ini berasal dari hasil skripsi yang mengangkat kisah hidup Re sebagai seorang PSK, mulai dari latar belakang kehidupannya hingga akhir hayatnya. Kisah ini membuka ruang refleksi yang dalam tentang bagaimana masyarakat memperlakukan perempuan dalam konteks prostitusi, serta bagaimana sistem sosial turut membentuk pilihan-pilihan hidup yang tersedia bagi mereka.

Berangkat dari kisah tersebut, muncullah gagasan untuk menghadirkan sebuah museum bertema prostitusi sebagai ruang edukasi dan refleksi. Museum ini tidak hanya akan menampilkan perjalanan hidup Re, tetapi juga akan menyuarakan realitas yang dihadapi banyak perempuan dalam situasi serupa. Melalui pendekatan arsitektur regeneratif, museum ini dirancang sebagai ruang yang mampu menyembuhkan—baik secara fisik maupun sosial—serta mendorong perubahan pola pikir masyarakat terhadap isu prostitusi.

Melalui museum ini, kisah Re akan divisualisasikan dalam bentuk pengalaman ruang yang mendalam. Setiap sudutnya dirancang agar pengunjung dapat merenung dan merefleksikan keberadaan prostitusi di tengah masyarakat—sebuah realitas yang kerap dipandang sebelah mata dan dianggap tabu.

Museum “Re” atau Museum of Prostitute dirancang sebagai ruang reflektif dan edukatif yang mengangkat narasi kehidupan seorang pekerja seks komersial sebagai medium untuk membuka dialog sosial yang lebih inklusif dan berempati. Konsep utama dari museum ini adalah “Mengungkap yang Tersembunyi, Memahami yang Terlupakan”, sebuah pendekatan yang mengajak pengunjung untuk masuk ke dalam realitas yang selama ini tersembunyi di balik stigma sosial.

Museum ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat pameran, tetapi sebagai ruang naratif yang membawa pengunjung menyusuri perjalanan hidup tokoh utama, “Re”, mulai dari masa kanak-kanak, keterlibatan dalam dunia prostitusi, hingga akhir hayatnya. Alur ruang mengikuti kronologi kisah hidup Re, sehingga pengalaman pengunjung tidak hanya bersifat visual, tetapi juga emosional dan introspektif

Komplek Lokasari dikenal luas sebagai pusat prostitusi terbesar di Jakarta Barat. Citra ini memengaruhi karakter arsitektur ruko-ruko di sekitarnya, yang umumnya memiliki fasad tertutup dengan sedikit bukaan pada bagian jendela atau pintu. Kondisi ini menciptakan kesan tertutup dan eksklusif, sehingga banyak pengunjung yang datang ke area tersebut—terutama ke supermarket “Hari-Hari”—menjadi acuh terhadap keberadaan ruko-ruko di sekitarnya dan hanya berfokus pada tujuan utama mereka.

Museum ini dirancang dengan mengambil inspirasi dari bentuk bangunan di sekitar, yakni deretan ruko yang kemudian disederhanakan menjadi sebuah massa bangunan berbentuk kotak memanjang. Namun, berbeda dari lingkungan sekitarnya yang tertutup, museum ini justru hadir dengan pendekatan yang kontras. Untuk membedakannya dari tempat prostitusi lainnya dan menegaskan identitasnya sebagai ruang publik edukatif, fasad museum dirancang terbuka dan transparan.

Penggunaan jendela-jendela besar memungkinkan orang dari luar melihat langsung ke dalam museum, menciptakan rasa keterbukaan dan menghilangkan kesan misterius yang biasanya melekat pada bangunan di kawasan tersebut. Museum ini hanya beroperasi pada malam hari, menjadikannya sebuah elemen yang unik dan menarik perhatian di tengah suasana Lokasari. Pencahayaan dari dalam yang memancar keluar melalui jendela-jendela besar menciptakan atmosfer yang mengundang rasa penasaran dan minat pengunjung untuk masuk.

Dengan pendekatan fasad terbuka dan desain yang berbeda dari lingkungan sekitarnya, museum ini menjadi titik fokus (point of interest) baru di kawasan Lokasari. Kehadirannya menawarkan pengalaman ruang yang segar sekaligus menjadi simbol perubahan cara pandang terhadap prostitusi melalui pendekatan arsitektur yang transparan dan edukatif.

Shopping Cart
Scroll to Top