Majalah SKETSA

Restructure: A Psychedelic Exploration

Laura Fiona – 315210034 

Latar Belakang

Zat psikedelik telah digunakan sejak ribuan tahun lalu sebagai medium spiritual, terapeutik, dan kreativitas. Dalam perkembangannya, zat ini menginspirasi lahirnya seni psychedelic—sebuah ekspresi visual dan sensorik yang merepresentasikan pengalaman bawah sadar manusia. Namun, hingga saat ini, eksplorasi psikedelik dalam dunia arsitektur masih sangat terbatas dan sering kali terhambat oleh stigma sosial serta regulasi ketat. Di sisi lain, masyarakat urban kini dihadapkan pada fenomena boring architecture—bangunan monoton yang miskin rangsangan sensorik dan emosional. Kurangnya kompleksitas visual menyebabkan hilangnya keterlibatan inderawi, sehingga ruang-ruang menjadi hambar dan tidak bermakna.

Restructure: A Psychedelic Exploration hadir sebagai respon terhadap dua isu tersebut: kurangnya edukasi psikedelik dan kejenuhan arsitektur modern. Dengan pendekatan phenomenology dan konsep visionary restructuralization, bangunan ini dirancang untuk mengaktivasi persepsi dan emosi pengunjung secara mendalam. Elemen-elemen multisensorik seperti distorsi visual, sinestesia audio-visual, serta bentuk dan warna imajinatif dihadirkan untuk menciptakan ruang yang imersif, reflektif, dan edukatif. Museum ini menjadi media untuk memahami, merasakan, dan merefleksikan pengalaman psikedelik dalam konteks arsitektur kontemporer.

Konsep

Museum ini mengusung konsep visionary restructuralization—yakni perubahan persepsi terhadap realitas akibat pengalaman psikedelik—sebagai landasan desain arsitektural. Bangunan ini dirancang untuk menghadirkan ruang yang menggugah persepsi, mengaburkan batas antara realitas fisik dan persepsi subyektif. Pengalaman multisensorik menjadi kunci utama melalui penerapan elementary imagery (pola geometris, warna mencolok, efek cahaya), audio-visual synesthesia (sinkronisasi antara suara dan visual), serta complex imagery (representasi surealis tentang hubungan manusia dan alam). Ruang-ruang dirancang imersif dan interaktif, seperti kaca reflektif yang memanipulasi skala tubuh, proyeksi termal yang memperlihatkan “warna” diri, dan instalasi suara yang divisualkan secara real-time. Konsep ini bukan hanya untuk meniru efek psikedelik, melainkan mengedukasi masyarakat tentang dampak, sejarah, dan potensi kreatif zat tersebut. Museum ini sekaligus menjawab isu boring architecture dengan menciptakan lingkungan yang dinamis, reflektif, dan penuh makna. Pendekatan fenomenologis digunakan agar ruang mencerminkan pengalaman personal pengunjung, bukan sekadar bentuk visual. Dengan demikian, Museum of Life menjadi ruang kontemplatif dan edukatif yang merangsang persepsi, membangkitkan emosi, serta menawarkan makna baru dalam relasi antara manusia dan ruang.

Hal Unik dari Proyek

Keunikan museum ini terletak pada kemampuannya mentransformasikan pengalaman psikedelik menjadi ruang multisensorik. Melalui distorsi visual, audio-visual synesthesia, dan teknologi interaktif, museum ini menghadirkan pengalaman transformatif yang mendalam. Menggabungkan pendekatan fenomenologis dan edukatif, proyek ini menantang arsitektur konvensional dengan bentuk, warna, dan narasi yang menggugah persepsi dan kesadaran.

Shopping Cart
Scroll to Top