AI Mengubah Arsitektur
Osaka Expo 2025 merupakan pameran dunia yang diselenggarakan dan disetujui oleh Bureau International des Expositions (BIE).
Kecerdasan Artificial Intelligence sedang mengguncang fondasi profesi arsitektur. Generative design, optimasi real-time, hingga asisten berbasis bahasa natural menjadikan proses yang dahulu rumit kini cukup diatur lewat prompt singkat. Software konvensional seperti AutoCAD dan Revit mulai terlihat sebagai ‘dinosaurus’ digital yang terseok mengejar inovasi AI di pasar global.


Platform AI-native semacam Architechtures, nTop, atau ArchiVinci menghasilkan puluhan opsi layout, menghitung efisiensi energi, dan mengecek kepatuhan kode bangunan dalam hitungan menit. Pekerjaan yang dulu menuntut tim CAD lembur kini diambil alih algoritma belajar dari ribuan proyek, mempercepat workflow secara drastis—semua terjadi secara otomatis.

Revolusi tak berhenti di desain. Layanan cloud-render seperti D5 Render, Veras, atau Enscape menghapus kebutuhan workstation GPU mahal. Komputasi dialihkan ke server GPU raksasa yang cukup dibayar per render. Visualisasi foto realistis muncul seketika di browser; algoritma path-tracing cerdas mensimulasikan cahaya alami setingkat studio film, membuat studio kecil memamerkan kualitas presentasi setara firma besar tanpa investasi perangkat keras jutaan rupiah.
Ke depan, peran arsitek bergeser dari menggambar detail menuju mengarahkan visi kreatif sambil menilai keputusan strategis mesin. Mereka yang cepat beradaptasi dengan kolaborasi manusia-AI akan memimpin pasar; sisanya terancam punah. Pendidikan arsitektur pun mesti memasukkan literasi data, etika, dan prompt engineering agar talenta muda tidak tersisih di pasar global yang kompetitif.