Majalah SKETSA

PANDEMIC MEMORIAL MUSEUM

Elisha Hartawidjaja – 315210098

Latar Belakang

Pandemic Memorial Museum merupakan museum pandemi COVID-19 yang berlokasi di Pademangan Timur, Jakarta Utara. Bangunan ini tidak hanya berfungsi sebagai museum edukatif, tetapi juga sebagai bangunan memorial dan arsitektur regeneratif yang merespons isu kualitas udara serta pentingnya edukasi kesehatan masyarakat. Dirancang dengan pendekatan spasial naratif, museum ini mengajak pengunjung untuk mengikuti perjalanan pandemi COVID-19, mulai dari kemunculan virus, masa-masa kelam selama pandemi, hingga perubahan gaya hidup pasca-pandemi.

Selain itu, museum ini dilengkapi dengan teknologi AI Hologram Memorial yang memungkinkan keluarga untuk mengenang korban pandemi melalui tayangan hologram berdasarkan data dan foto yang dimasukkan secara digital. Di tengah lingkungan urban yang padat dan tercemar seperti Jakarta, proyek ini juga mengusung sistem air purifier architecture yang menjadikan bangunan tidak hanya simbol refleksi kolektif, tetapi juga solusi lingkungan aktif bagi kota.

Pandemi COVID-19 merupakan tragedi global yang meninggalkan dampak besar tidak hanya pada aspek kesehatan, tetapi juga sosial, ekonomi, dan psikologis masyarakat. Di Indonesia, pandemi mengakibatkan jutaan korban jiwa, pembatasan sosial berskala besar, dan perubahan drastis dalam pola hidup. Sayangnya, tidak semua peristiwa ini terdokumentasi dan diwariskan secara edukatif ke generasi mendatang. Dalam konteks kota Jakarta, peristiwa ini diperparah oleh krisis kualitas udara, di mana kota sempat menduduki posisi sebagai kota dengan udara terburuk di dunia pada pertengahan tahun 2024.

Dalam situasi ini, dibutuhkan sebuah ruang yang mampu menjadi tempat memperingati dan merefleksikan pandemi secara manusiawi sekaligus menyampaikan pembelajaran penting. Lebih dari itu, dibutuhkan juga ruang yang memberikan kontribusi nyata terhadap kondisi kota yang kian penuh tantangan. Museum ini hadir untuk menjawab dua hal tersebut yaitu sebagai tempat memori kolektif atas tragedi, dan sebagai kontributor terhadap kesehatan kota melalui teknologi lingkungan.

Konsep

Konsep utama proyek ini adalah menyatukan edukasi, refleksi emosional, dan regenerasi lingkungan dalam satu kesatuan arsitektur. Secara naratif, alur museum dibagi menjadi empat zona utama, yaitu Zona Permulaan Pandemi, Zona Pandemi, Zona Pencegahan dan Kolaborasi, dan Zona Life After Pandemics. Setiap zona dirancang dengan pengalaman ruang dan atmosfer yang membangun perjalanan emosional pengunjung, mulai dari ketakutan dan kesedihan hingga harapan dan kebersamaan. Gubahan massa bangunan mengadopsi metafora penyebaran virus dengan bentuk dasar sirkular yang menyebar, lalu diolah menjadi lima massa berbeda dan saling terhubung seperti penyebaran patogen.

Sebagai respon terhadap konteks urban Jakarta yang sangat padat dan memiliki skyline yang beragam, gubahan massa ditata secara bertingkat dengan ketinggian bervariasi, menyerupai fluktuasi kurva kematian selama pandemi. Bangunan juga didesain dengan zona terbuka, ramp yang menghubungkan antar lantai, dan sistem sirkulasi yang inklusif. Di bagian atap, terdapat roof garden yang bukan hanya sebagai ruang rekreasi, tapi juga bagian dari sistem air reuse dan penyerapan karbon.

Seluruh bangunan didukung oleh sistem air purifier arsitektural dengan komponen seperti AAPT (Active Air Purification Technology) dan carbon filter, menjadikan bangunan ini sebagai ruang penyaring udara aktif. Udara yang masuk akan disaring dan disterilkan dari patogen melalui iradiasi UV, lalu disalurkan ke ruang-ruang museum. Selain itu, bangunan juga dilengkapi dengan photovoltaic glass facade untuk menghasilkan listrik, serta sistem pemanen air hujan dan daur ulang greywater yang digunakan untuk menyiram tanaman dan sanitasi.

Hal Unik dari Proyek

Salah satu elemen paling unik dari proyek ini adalah AI Hologram Memorial. Melalui teknologi ini, keluarga pengunjung dapat mengunggah foto dan data anggota keluarga yang menjadi korban pandemi, lalu melihatnya ditampilkan dalam bentuk hologram di dalam museum. Inovasi ini menjadikan museum bukan hanya tempat belajar, tetapi juga tempat berduka dan mengenang, dengan pendekatan yang personal dan digital. Sistem ini menciptakan hubungan emosional yang kuat antara pengunjung dengan isi museum.

Dari sisi arsitektur lingkungan, proyek ini menghadirkan air purifier system dalam konteks urban—suatu pendekatan yang masih jarang ditemukan di Indonesia. Penggunaan AAPT dan integrasi penuh sistem pemurnian udara ke dalam HVAC bangunan membuat museum ini turut berperan sebagai alat pemurni udara kota, merespon langsung masalah utama Jakarta seperti pencemaran udara dan penyakit pernapasan. Dalam situasi kota yang sangat padat dan terpolusi, kontribusi ini menjadikan museum sebagai bentuk arsitektur regeneratif aktif.

Tidak hanya itu, pendekatan spasial dalam proyek ini juga sangat naratif dan emosional. Variasi ketinggian massa bangunan tidak hanya merespon skyline sekitar, tetapi juga merepresentasikan kondisi psikologis masyarakat selama pandemi. Setiap zona membawa pengunjung masuk dalam emosi kolektif dari terkejut, takut, hingga sadar dan saling menguatkan. Dengan memadukan teknologi tinggi, kesadaran lingkungan, dan sensitivitas terhadap trauma sosial, proyek ini menjadi wujud konkret bagaimana arsitektur bisa menjadi alat penyembuh dalam skala kota.

Shopping Cart
Scroll to Top