THE LOOM
Kheisa Aurelia Nasywa,Raditya Ramadhan, Melvern Darren Cahyadi
Latar Belakang
The Loom secara simbolis merepresentasikan alat tenun, menjadi sebuah metafora yang menggambarkan keterhubungan antara berbagai elemen kehidupan: manusia, budaya, alam, dan arsitektur. Layaknya benang-benang yang saling terjalin membentuk satu kesatuan kain, proyek ini menghadirkan perpaduan harmonis antar unsur yang membentuk dinamika kawasan urban.
Proyek ini dirancang dengan semangat merawat dan menghidupkan kembali nilai-nilai sejarah melalui pelestarian cagar budaya yang ada, sekaligus menyusunnya dalam struktur fungsional kota modern yang meliputi hunian, ruang kerja, dan area komersial. The Loom menciptakan sinergi antara ruang publik dan privat, serta menyatukan peran sosial dan ekonomi dalam tatanan yang berkelanjutan dan inklusif.
Terletak di titik strategis yang sarat nilai historis di jantung Kota Jakarta, kawasan ini menjadi simbol regenerasi dan rekonstruksi. The Loom menjadi jembatan antara warisan masa lalu dan visi masa depan, merajut ulang narasi lama ke dalam konteks baru yang lebih relevan sebagai upaya membentuk ruang kota yang tidak hanya fungsional, namun juga memiliki kedalaman makna dan daya tarik budaya.
Terletak di jalur bersejarah yang menghubungkan Pasar Baru hingga kawasan Pecinan Glodok, proyek ini berada pada simpul penting dalam jaringan kota Jakarta. Jalan Ir. H. Juanda dikenal dengan kekayaan arsitektur bergaya art deco peninggalan kolonial Belanda, serta ciri khas koridor arcade yang terlihat jelas di area Des Galleries dalam kawasan tapak. Lokasi ini juga termasuk dalam pengembangan MRT Jakarta fase II dan memiliki akses langsung ke Entrance 3, menjadikannya titik strategis dengan potensi besar dalam menarik kunjungan publik. Proyek ini juga dirancang sebagai solusi atas permasalahan urban seperti kepadatan penduduk dan keterbatasan ruang, dengan menawarkan pendekatan tata ruang yang efisien, terintegrasi, dan adaptif terhadap kebutuhan kota masa kini.